Ular kobra / ular sendok (Family elapidae) adalah ular yang sudah dikenal di masyarakat atas keganasan dan efek bisa-nya. kobra akan mengangkat tubuh sambil memipihkan lehernya jika merasa terancam sehingga dapat terlihat lebih besar.
Ular kobra dikategorikan sangat berbahaya. Beberapa spesies dari genus Naja dapat menyembur (spitting). Bisa disemburkan melalui saluran yang ada di bagian depan taring. Taring kobra masuk kedalam tipe Proteroglyphous (Bertaring depan).
Bila terkena semburan bisa di mata korban akan merasakan sakit dan perih (berdasarkan survey dan penelitian). Bagian yang terkena semburan harus dicuci bersih, jika tidak akan menimbulkan kebutaan.
Bila tergigit bisanya akan mempengaruhi syaraf (Neurotoxic dan memiliki haemotoxic di dalam kandungan bisa-nya),dan dapat berakibat kematian. penanganan gigitan harus dilakukan sebelum 30 menit setelah korban tergigit. Pertolongan pertama dilakukan dengan mengikat bagian yang tergigit dengan Torniquette, hal ini dilakukan agar bisa tidak terlalu jauh menyebar. Selanjutnya korban harus segera di evakuasi ke rumah sakit untuk di treatment secara medis. Di Indonesia sudah ada antibisa kobra (SABU) antivenom polyvalent yang diproduksi oleh PT.Biofarma Bandung.
Sebenarnya kobra tidaklah seganas yang selama ini orang kira. Mayoritas dari mereka akan lari jika bertemu manusia, kecuali dalam posisi terpojok. Berdasarkan pengalaman penulis, masing-masing individual mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang langsung membuka hood-nya bila didekati, ada yang langsung ngacir, ada pula yang langsung menyemprotkan bisa-nya (spitting). Bila ada yang berniat meng-handle kobra, sangat disarankan menggunakan hook.
Indonesia memiliki 2 spesies kobra sejati (Naja):
Kobra Sumatra / Equatorial spitting cobra (Naja sumatrana)
Tersebar mulai dari selatan Thailand, Malaysia, Sumatra, Kalimantan, Filipina
Kobra Jawa / Southern Indonesian spitting cobra (Naja sputatrix)
Tersebar mulai dari Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Lomblen, Alor
spesimen dari timur pulau jawa berwarna cokelat terang
Ukuran maksimal dari kedua spesies ini 1,5 meter
Ular King Cobra (Ophiophagus Hannah) adalah jenis ular yang mirip dengan kobra tetapi digolongkan ke dalam genus dan spesies yang berbeda. Penggolongan ini didasarkan pada ciri morfologis, sifat, perilaku kehidupan dan efek bisa yang berbeda dengan kobra biasa. King cobra khusus menjadikan ular sebagai menu utama makanannya. King cobra juga membangun sarang berbeda dengan kobra dari genus Naja. Bisa king cobra drop for drop lebih lemah dibanding Naja, tetapi king dapat menyuntikkan bisa dalam jumlah yang lebih banyak dibanding kobra biasa. Inilah yang membuat king cobra lebih mematikan. Yang paling membedakan adalah tingkat intelegensia king kobra yang lebih tinggi, dan ukuran yang luar biasa mencapai 5,5 meter, menjadikan King Cobra sebagai ular berbisa terpanjang didunia.
King cobra sepajang 3 meter (Photo from Snake temple)
Kobra memiliki 23 spesies yang tersebar di Afrika sampai Asia. Yang paling terkenal adalah Kobra India / Spectacled cobra (Naja naja), dan Kobra Mesir / Egyptian cobra (Naja haje), yang konon digunakan Cleopatra untuk bunuh diri. Indonesia sendiri memiliki 2 dari 23 spesies yang ada.
Saat ini genus Naja memiliki beberapa morph yang beredar dipasaran seperti : Amelanistic, Leucistic, Sulphur, Sunglow, Callico, & Dynamite. Mayoritas breeder menggunakan Naja kaouthia (Monocled cobra) dariThailand sebagai project breeding. Walaupun banyak juga Wild caught yang memiliki kelainan genetic. Rata-rata Morph kobra (Naja sputatrix) di Indonesia adalah Wild caught.
Beberapa jenis ular seperti Black mamba (Dendroaspis polylepis), dan Tiger snake (Notechis sp) memiliki kemampuan untuk memipihkan leher seperti halnya kobra. Tetapi mereka tidak dikategorikan sebagai kobra. Berikut beberapa genus dari familyelapidae yang mempunyai ciri seperti kobra:
Spotting Kobra terakhir pada hari selasa 10 februari 2009 di persawahan daerah Ciampea Bogor. Saat itu BSEC melakukan Field herping, karena ada info dari masyarakat sekitar bahwa banyak ditemukan kobra. Benar saja waktu BSEC datang ke lokasi, sudah ada kobra yang tewas terbelah dua terkena parang pak tani.Tragis .
BSEC juga menemukan kulit bekas Shedding kobra di empang dekat hutan bambu. Yang di perkirakan kobra tersebut sudah mencapai ukuran 1,5 meter. Maka sudah dipastikan di daerah itu populasi kobra-nya sangat banyak. Memang daerah tersebut sangat mendukung sebagai habitat ular; Hutan bambu, areal persawahan tepat di lembah, dan sungai besar dibawahnya. Beberapa saksi mengatakan di area itu terdapat ular koros (Ptyas korros), ular pucuk (Ahaetulla prasina), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular welang (Bungarus fasciatus), Sanca batik (Python reticulatus) dan kobra.
Menu utama kobra adalah Tikus, kodok, kadal dan ular. Kobra berkembang biak dengan bertelur (Oviparous), dan bersarang di lubang-lubang bekas tikus. Kobra menjadikan hutan, areal persawahan, perkebunan dan daerah pemukiman penduduk sebagai habitatnya.
Populasi kobra di pulau Jawa sangat banyak. Untuk itu masyarakat diharapkan lebih berhati hati jika sedang berada di area hutan, perkebunan atau persawahan. Jika kebetulan bertemu dengan kobra jangan panik, cukup diusir dengan menggunakan kayu atau dilempar, kobra akan melarikan diri. Walau bagaimanapun juga keberadaan kobra berguna dalam menekan populasi hama tikus yang mengganggu.
Herpetology 4 life
*BSEC admin*
Ular kobra dikategorikan sangat berbahaya. Beberapa spesies dari genus Naja dapat menyembur (spitting). Bisa disemburkan melalui saluran yang ada di bagian depan taring. Taring kobra masuk kedalam tipe Proteroglyphous (Bertaring depan).
Bila terkena semburan bisa di mata korban akan merasakan sakit dan perih (berdasarkan survey dan penelitian). Bagian yang terkena semburan harus dicuci bersih, jika tidak akan menimbulkan kebutaan.
Bila tergigit bisanya akan mempengaruhi syaraf (Neurotoxic dan memiliki haemotoxic di dalam kandungan bisa-nya),dan dapat berakibat kematian. penanganan gigitan harus dilakukan sebelum 30 menit setelah korban tergigit. Pertolongan pertama dilakukan dengan mengikat bagian yang tergigit dengan Torniquette, hal ini dilakukan agar bisa tidak terlalu jauh menyebar. Selanjutnya korban harus segera di evakuasi ke rumah sakit untuk di treatment secara medis. Di Indonesia sudah ada antibisa kobra (SABU) antivenom polyvalent yang diproduksi oleh PT.Biofarma Bandung.
Sebenarnya kobra tidaklah seganas yang selama ini orang kira. Mayoritas dari mereka akan lari jika bertemu manusia, kecuali dalam posisi terpojok. Berdasarkan pengalaman penulis, masing-masing individual mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang langsung membuka hood-nya bila didekati, ada yang langsung ngacir, ada pula yang langsung menyemprotkan bisa-nya (spitting). Bila ada yang berniat meng-handle kobra, sangat disarankan menggunakan hook.
Indonesia memiliki 2 spesies kobra sejati (Naja):
Kobra Sumatra / Equatorial spitting cobra (Naja sumatrana)
Tersebar mulai dari selatan Thailand, Malaysia, Sumatra, Kalimantan, Filipina
Kobra Jawa / Southern Indonesian spitting cobra (Naja sputatrix)
Tersebar mulai dari Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Lomblen, Alor
spesimen dari timur pulau jawa berwarna cokelat terang
Ukuran maksimal dari kedua spesies ini 1,5 meter
Ular King Cobra (Ophiophagus Hannah) adalah jenis ular yang mirip dengan kobra tetapi digolongkan ke dalam genus dan spesies yang berbeda. Penggolongan ini didasarkan pada ciri morfologis, sifat, perilaku kehidupan dan efek bisa yang berbeda dengan kobra biasa. King cobra khusus menjadikan ular sebagai menu utama makanannya. King cobra juga membangun sarang berbeda dengan kobra dari genus Naja. Bisa king cobra drop for drop lebih lemah dibanding Naja, tetapi king dapat menyuntikkan bisa dalam jumlah yang lebih banyak dibanding kobra biasa. Inilah yang membuat king cobra lebih mematikan. Yang paling membedakan adalah tingkat intelegensia king kobra yang lebih tinggi, dan ukuran yang luar biasa mencapai 5,5 meter, menjadikan King Cobra sebagai ular berbisa terpanjang didunia.
Saat ini genus Naja memiliki beberapa morph yang beredar dipasaran seperti : Amelanistic, Leucistic, Sulphur, Sunglow, Callico, & Dynamite. Mayoritas breeder menggunakan Naja kaouthia (Monocled cobra) dari
Beberapa jenis ular seperti Black mamba (Dendroaspis polylepis), dan Tiger snake (Notechis sp) memiliki kemampuan untuk memipihkan leher seperti halnya kobra. Tetapi mereka tidak dikategorikan sebagai kobra. Berikut beberapa genus dari familyelapidae yang mempunyai ciri seperti kobra:
- African coral cobra (Aspidelaps) penyebaran Afrika
- Water cobra (Boulengerina) penyebaran Afrika
- Rinkhals (Hemachatus) penyebaran Afrika
- Tree cobra (Pseudohaje) penyebaran Afrika
- Burrowing cobra (Paranaja) penyebaran Afrika
- King Cobra (Ophiophagus hannah) penyebaran daerah selatan Asia
Spotting Kobra terakhir pada hari selasa 10 februari 2009 di persawahan daerah Ciampea Bogor. Saat itu BSEC melakukan Field herping, karena ada info dari masyarakat sekitar bahwa banyak ditemukan kobra. Benar saja waktu BSEC datang ke lokasi, sudah ada kobra yang tewas terbelah dua terkena parang pak tani.Tragis .
BSEC juga menemukan kulit bekas Shedding kobra di empang dekat hutan bambu. Yang di perkirakan kobra tersebut sudah mencapai ukuran 1,5 meter. Maka sudah dipastikan di daerah itu populasi kobra-nya sangat banyak. Memang daerah tersebut sangat mendukung sebagai habitat ular; Hutan bambu, areal persawahan tepat di lembah, dan sungai besar dibawahnya. Beberapa saksi mengatakan di area itu terdapat ular koros (Ptyas korros), ular pucuk (Ahaetulla prasina), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular welang (Bungarus fasciatus), Sanca batik (Python reticulatus) dan kobra.
Menu utama kobra adalah Tikus, kodok, kadal dan ular. Kobra berkembang biak dengan bertelur (Oviparous), dan bersarang di lubang-lubang bekas tikus. Kobra menjadikan hutan, areal persawahan, perkebunan dan daerah pemukiman penduduk sebagai habitatnya.
Populasi kobra di pulau Jawa sangat banyak. Untuk itu masyarakat diharapkan lebih berhati hati jika sedang berada di area hutan, perkebunan atau persawahan. Jika kebetulan bertemu dengan kobra jangan panik, cukup diusir dengan menggunakan kayu atau dilempar, kobra akan melarikan diri. Walau bagaimanapun juga keberadaan kobra berguna dalam menekan populasi hama tikus yang mengganggu.
Herpetology 4 life
*BSEC admin*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar